LEONARDO DiCaprio adalah panutan para bintang muda macam Zac Efron
dan Chase Crawford. Saat keduanya ditanya secara terpisah jalan karier
kebintangan siapa yang jadi contoh, mereka menjawab: Leo. Ya, Leo
berhasil meninggalkan reputasinya sebagai aktor idola remaja yang
digilai para cewek dan jadi aktor dengan A besar.
Hebatnya, meski bukan lagi aktor yang main di film yang menjual
tampangnya, wajah tampan dan imut Leo terus digilai. Masih banyak orang
yang semata menonton film demi melihat tampangnya, meski tidak
sepenuhnya mengerti (atau suka) dengan film-film Leo yang berkelas
Oscar.
Sekarang sedang rilis film teranyar Leo, Inception. Jadi, kini saat
yang tepat menengok karier cemerlang Leo, 35 tahun, sambil menilai
film-film terbaik apa saja yang dihasilkannya. Boleh kecewa bila film
favorit Anda yang dibintangi Leo tak muncul di daftar kami. Tapi, kami
sih berharap pilihan kami menyenangkan semua.
10. Titanic (1997)
“YOU jump, I jump remember”; “I’m the king of the world!”;
adegan mobil; adegan dilukis telanjang; kapal sudah mau tenggelam, eh
masih ada yang asyik main biola. Ah, film ini punya begitu banyak adegan
maupun dialog yang dikenang. Semula, film termahal di masanya itu,
disangka sebagai film bencana seperti yang sudah-sudah. Tapi, James
Cameron piawai merangkainya jadi kisah cinta klasik dua manusia berbeda
latar belakang, si kaya dengan si miskin. Ia memilih Kate Winslet dan
Leonardo DiCaprio untuk memerankannya. Terbukti, chemistry Jack (Leo)
dan Rose (Winslet) amat terasa dan kita kenang hingga kini. Ya, kita tak
pernah bosan menonton Titanic utamanya bukan karena
penggambaran begitu realis Cameron soal peristiwa kapal tenggelam
terbesar sepanjang masa. Melainkan pada kecintaan kita melihat lagi (dan
lagi) kisah kasih Jack dan Rose. Bahkan, saat menonton film ini dulu di
tahun 1990-an, saya termasuk yang menyangka kapal Titanic menabrak
gunung es mestinya bisa dicegah bila anak buah kapal tidak ceroboh
melihat dua sejoli berciuman.
9. Revolutionary Road (2008)
BUTUH lebih dari satu dekade untuk mengembalikan Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet ke dalam satu layar bersama. Sejak sukses Titanic
sepuluh tahun sebelumnya, Leo dan Winslet telah mengambil jalan
masing-masing. Leo mengukuhkan diri sebagai aktor watak, begitupun
Winslet sebagai aktris yang kebanyakan main di film-film indie. Revolutionary Road film
yang tepat untuk menyatukan mereka di saat keduanya sama-sama jadi
aktor dan aktris yang tak lagi menjual tampang ganteng dan cantik,
melainkan seni peran. Maka, film ini bukan bagi mereka yang ingin
bernostalgia melihat kisah cinta mendayu-dayu seperti tahun ’90-an dulu.
Di film dari novel keluaran 1961 ini, Leo dan Winslet jadi pasangan
suami-istri yang menghadapi kenyataan kehidupan rumah tangga tidak
seindah yang dikira. Di balik kesempurnan yang orang lihat dari luar,
ada kebusukan maupun kerapuhan yang bisa berujung putus asa.
8. Gangs of New York (2002)
SELAMA beberapa tahun selepas sukses Titanic, karier Leo boleh dikata mundur. Pada 1998, ia main di The Man in the Iron Mask yang mengecewakan orang, tampil jadi pemeran pendukung di film Woody Allen Celebrity, kemudian jadi pemeran utama di The Beach (2000)
yang diemohi banyak kritikus. Dari luar, mudah mengira ia mengambil
jalan karier yang salah, tapi ternyata persoalannya ia belum ketemu film
yang tepat. Gangs of New York adalah proyek ambisius Martin Scorsese
yang disiapkan selama 30 tahun dan melibatkan aktor-aktor besar seperti
Daniel Day Lewis (aktor langganan Scorsese), Liam Neeson, Cameron Diaz,
selain Leo sendiri. Di antara nama-nama besar aktor watak macam Neeson
dan Lewis, Leo ternyata tampil cemerlang dan bikin kepincut Scorsese.
Kolaborasi keduanya berlanjut hingga 3 film lagi dan menaikkan kelas Leo
bukan lagi sebagai aktor tampan yang menjual tampang, tapi kualitas
seni peran. Gangs of New York menandai lompatan karier Leo di dekade 2000-an sebagai aktor watak sepenuhnya.
7. Basketball Diaries (1996)
APA yang bisa dilakukan narkoba pada seorang anak manusia? Tonton Basketball Diaries untuk
cari tahu. Di sini, Leo jadi Jim Carroll, seorang penulis puisi dan
musisi yang menulis memoar masa mudanya saat diperbudak narkoba. Leo
memainkan sosok Jim dengan penampilan terbaik yang dimungkinkan seorang
aktor. Sepanjang film kita melihat transformasi Jim dari seorang siswa
sekolah Katolik yang bercita-cita jadi pemain basket, tapi kemudian
kecanduan narkoba sampai jadi pekerja seks kumuh di stasiun kereta bawah
tanah. Ditonton filmnya lagi, memang ada yang kurang. Terutama klimaks
yang justru anti-klimaks. Tapi, akting Leo di sini tak bisa diabaikan
sebagai salah satu penampilan terbaiknya.
6. The Departed (2006)
FILM ini diisi deretan
aktor-aktris yang tampil prima: Jack Nicholson, Matt Damon, Martin
Sheen, Alec Baldwin, Mark Wahlberg, Ray Winstone, Fera Farmiga, dan Leo.
Maka, sulit mengatakan film ini—yang merupakan remake film Hong Kong Infernal Affairs—berhasil
karena Leo seorang. Apalagi sutradaranya Martin Scorsese yang tentu
juga punya andil besar atas kualitas film ini (ia dianugerahi Piala
Oscar pertamanya sebagai Sutradara Terbaik setelah berkali-kali masuk
nominasi). Scorsese memindahkan setting Hong Kong ke Boston dan
mempertahankan premis utama: seorang polisi yang menyamar (Leo) jadi
anggota gangster, sementara itu gangster juga menaruh mata-mata (Damon)
di kepolisian. Orang berdebat terus bagus mana karya Scorsese atau film
aslinya yang dibintangi Tony Leung dan Andy Lau (saya suka dua-duanya, by the way!). Toh, kritikus film dan juri Oscar menyukai The Departed.
5. Catch Me if You Can (2002)
FILM
ini menandai Leonardo DiCaprio yang come back main film setelah lebih
banyak masuk berita karena keseringan pesta. Sepertinya, ia tipe pekerja
yang work hard, play hard. Terbukti, lewat garapan
Steven Spielberg ini, Leo mampu berakting memperlihatkan lagi wajah
imutnya sebagai anak baru lulus SMA Frank Abagnale Jr.. Sebagai Frank,
Leo mampu meyakinkan orang (dan kita, penonton) sebagai pilot meski tak
pernah belajar terbang; jadi dokter meski tak pernah sekolah kedokteran;
dan memasuki dunia hukum tanpa mempelajari ilmu hukum, hingga akhirnya
jadi pencetak uang palsu kawakan. Dengan tekun, Frank diburu agen FBI
yang diperanka Tom Hanks. Tapi lama-lama kisah kucing memburu tikus itu
berubah jadi kedekatan selayaknya kawan lama. Catch Me If You Can
mengembalikan Spielberg sebagai pembuat film yang tak melulu bikin
serius. Sementara itu, Leo di sini tampil santai dan bersahaja. Ini kali
terakhir kita lihat Leo main ceria, tidak murung atau memendam
amarah.
4. This Boy’s Life (1993)
BELUM
nonton film Leo yang ini? Saya sih menyarankan Anda mennton untuk
membuktikan sendiri akting ciamik Leo saat masih belasan tahun. Filmnya
bersetting tahun 1950-an dan diangkat dari memoar Tobias Wolff alias
Toby. Seorang ibu (Ellen Barkin) dan anaknya, Toby (Leo), berkelana ke
bagian Timur Amerika demi penghidupan lebih baik. Mereka terdampar di
Seattle dan sang ibu bertemu seorang montir (Robert DeNiro) dan kemudian
menikahinya. Sang anak kemudian tahu ayah tirinya tidak sebaik
kelihatannya. Kritikus Roger Ebert memuji begini akting Leo: “Toby,
dimainkan Leonardo DiCaprio, yang terhitung pendatang baru (ia baru
selesai main serial TV Growing Pains dan jadi pemeran utama Critters III).
Film ini utamanya sukses karena ia aktor yang baik yang mampu memegang
kendali adegannya sendiri saat bersama DeNiro, hingga film ini tetaplah
cerita tentang dia, dan tidak diambil alih oleh karakter Dwight (yang
dimainkan DeNiro) yang lebih berwarna.” Tuh, semuda itu—belum genap 20
tahun—Leo sudah mampu mengimbangi akting Robert DeNiro.
3. Shutter Island (2010)
SHUTTER Island dibuka
dengan ilustrasi musik mencekam mirip suara kapal laut langsir. Sebuah
kapal memang berlabuh ke pulau Shutter yang dari jauh sudah kelihatan
mencekam. Dua petugas US Marshall, salah satunya Leonardo DiCaprio,
ditugasi menyelidiki seorang pasien rumah sakit jiwa untuk penjahat tak
waras yang kabur dari pulau itu. Semakin mendalami cerita, kita makin
tahu apa yang sebetulnya terjadi. Sekali lagi, Leo menampilkan akting
cemerlang. Di awal film, kita dikenalkan pada sosok Leo sang US
Marshall, tapi lama-lama kita dipaksa mengikis memori kita pada Leo yang
itu. Ah, jika diteruskan, saya akan membocorkan ceritanya. Yang pasti,
yang paling mengasyikkan dari film ini memang perubahan karakter Leo.
Lewat Shutter Island, Martin Scorsese seolah memberi panggung bagi akting Leo yang makin matang.
2. The Aviator (2004)
ADA
anggapan, jika ingin dapat penghargaan macam Oscar atau disukai
kritikus film, ambillah peran menantang macam sosok yang punya penyakit
mental. Terlalu menggampangkan, memang. Tapi kenyataannya begitu, kok.
Banyak aktor mengambil jalan itu. Leonardo satu di antaranya. Lewat The Aviator,
ia bekerja untuk kedua kalinya dengan Martin Scorsese, Leo berperan
jadi Howard Hughes, mulai dari pengusaha muda, sutradara film ambisius,
hingga jutawan yang lama-lama kehilangan akal sehatnya. Leo berakting
maksimal sebagai Howard. Ia menunjukkan kegilaan Howard dengan amat
baik. Perhatikan wajahnya saat Howard yang takut kuman serba salah di
kamar mandi (tangan sudah bersih, tapi harus memegang daun pintu) atau
mencuci tangan sampai berdarah. Akting mumpuni Leo mencuri perhatian
juri Oscar. Ia masuk daftar nominasi Aktor Terbaik, meski tidak
menang.
1. What’s Eating Gilbert Grape (1993)
FILM
ini ditempatkan sebagai nomor satu karena dua alasan. Kesatu, ini film
Leonardo pertama di mana ia dapat nominasi Oscar. Waktu itu umurnya baru
19 tahun. Yang artinya, sejak muda ia memang aktor cemerlang dan bukan
tipe aktor yang mengandalkan wajah ganteng. Kedua, peran sebagai Arnie
Grape yang cacat mental bisa jatuh ke lubang yang salah bila tidak
dimainkan dengan benar. Bisa saja Leo membawakan karakter itu yang malah
jadinya olok-olok. Tapi, Leo justru berhasil membawakannya dengan
kedalaman dan sensitivitas yang meninggalkan simpati. Artinya, ia tidak
sekedar tampil jadi karakter eksentrik di film indie tahun 1990-an.
Sekali lagi, Leo yang lebih muda dan minim pengalaman akting mencuri
perhatian di antara karakter-karakter unik lain yang diperankan juga
dengan baik oleh aktor lain macam Johnny Depp, Juliette Lewis maupun
yang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar